Posted : 26 Mei 2010
Oleh : WordPress.com.
Dilihat 10,256 kali
Tags : Kotagede | Malioboro | Yogyakarta | Perak | Silver | Perhiasan Perak
Banyak orang yang mengunjungi Jogja ingin melihat wajah kota yang sebenarnya. Mereka ingin menemui kesederhanaan hidup ala Jogja yang sering diceritakan di berbagai media. Wilayah seputaran Malioboro tentu tak banyak menampilkan hal ini. Perlu sedikit bergeser tempat untuk mendapatkan pengalaman ini. Tepatnya di Kotagede.
Kesan kesederhanaan hidup dan atmosfir “alon-alon waton klakon” yang kental bisa dengan mudah dirasakan segera saat anda memasuki wilayah ini. Kompleks perkampungan, jalanan dan gang-gang sempit, masjid gaya Jawa, hingga kompleks pemakaman raja merupaka masa kini yang penuh gurat kejayaan masa lalu. Seperti diketahui bersama, Kotagede merupakan bekas ibu kota pertama kerajaan Mataram Islam.
Kotagede terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara Keraton Yogyakarta. Daerah yang padat penduduk ini meliputi area seluas lebih kurang 20 kilometer persegi. Daerah ini hanya memeliki beberapa ruas jalan utama tempat terpusatnya daya tarik kawasan ini. Dari jalan-jalan itu, pengunjung dapat melihat banyak bangunan dan rumah bergaya campuran Jawa kolonial yang telah berumur seratus tahun atau lebih.
Masih seperti awal keberadaannya, pusat kegiatan dan kesibukan kota ini berada di sebuah pasar tradisional bernama Pasar Gede atau Sergede yang terletak di sebelah utara kompleks pemakaman para pendiri Mataram. Pasar ini masih memegang tradisinya dengan menganggap Legi, hari dalam penanggalan Jawa, sebagai hari pasaran. Tiap hari itu, para pengunjung bisa merasakan keramahan Kotagede walaupun di tempat yang penuh manusia yang melakukan berbagai aktivitas.
Kebanyakan wanita berjualan atau membeli berbagai kebutuhan rumah tangga mereka sementara para laki-laki umumnya datang ke pasar untuk mengamati atau menikmati keindahan kicauan burung, keindahan ayam jantan dan ikan hias, berjual beli batu akik dan berbagai benda seni, atau hanya ingin membeli jamu untuk menjaga vitalitasnya. Karena membludaknya pengunjung pasar tiap legi, banyak pedagang dan barang dagangannya dan pengunjung dengan kendaraannya memadati jalan-jalan sekitar yang sudah sempit dan menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.
Karena pengunjung kebanyakan saling mengenal satu sama lain, kemacetan yang panjang malah sering dijadikan media bertemu dan bertukar cerita tentang berbagai pengalaman dan kejadian. Obrolan dan canda ringan sehari-hari yang dipertukarkan dengan suara sedikit kencang karena hiruk pikuknya pasar mudah ditemukan di sini. Jika berpapasan dengan orang asing, mereka biasanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Sebuah gambaran keramaian yang ramah yang sulit ditemui di tempat lain.
Melangkahkan kaki sekitar 100 meter ke selatan dari pasar, anda akan memasuki sisa-sisa keraton pertama Mataram. Bangunan keraton memang sudah tidak ada lagi namun anda bisa melacaknya dan merasakan hawa magis di sekitar 2 pohon beringin besar di depan sebuah pemakaman tua. Sebuah bangunan kecil didirikan di bawah pohon beringin berguna untuk menyimpan batu yang menjadi singgasana Raja Mataram Partama, Panembahan Senapati, dan beberapa peninggalan mataram lainnya.
Di sisi lain, terdapat sebuah gapura putih yang mengarah ke Hasta Rengga, kompleks pemakaman para bangsawan yang lebih rendah kedudukannya. Di sebelah timurnya, berdiri sebuh Masjud tua beraksitektur Jawa yang sangat kental dan memiliki halaman yang luas. Hingga hari ini, masih banyak rumah joglo dan bangunan beraksitektur Jawa awal masuknya Islam yang masih berdiri di sekitar area tersebut.
Ke arah barat dari Pasar Gede, anda akan melihat banyak rumah yang mengadaptasi gaya arsitektur Eropa dan kebudayaan asing lainnya. Gedung-gedung dan rumah besar yang berada di sepanjang Jalan Mondorakan ini dahulunya adalah milik kaum Kalang, sekelompok masyarakat pendatang dari luar Kotagede. Orang-orang ini menikmati kekayaan dari usaha dagang yang mereka jalankan. Setelah beberapa waktu, mereka mengubah ruangan depan di rumah-rumah besar mereka menjadi toko-toko dan sekarang, toko-toko tersebut menjadi toko-toko perak tersohor di Kotagede.
Ke arah utara dari Pasar Gede, anda akan menyusuri Jalan Kemasan. Kotagede sudah lama terkenal sebagai Kota Perak dan di ruas jalan ini anda akan menemukan sentra penjualan kerajinan perak. Jika mau, anda bisa membawa sendiri desain yang anda mau atau meminta nama anda tertera di perhisan yang anda beli. Dengan harga yang relatif murah, para perajin akan memenuhi keinginan-keinginan anda.